URBim | for just and inclusive cities

Banjir adalah peristiwa rutin setiap tahun bagi warga Jakarta., tidak peduli bagi yang kaya atau yang miskin. Bedanya, warga Jakarta sekarang memiliki gubernur dan wakil gubernur yang memiliki komitmen untuk memecahkan masalah banjir. Banjir sendiri merupakan masalah yang harus dipecahkan, selain itu pemerintah kota juga harus memecahkan dampak banjir itu. Salah satu masalah yang merupakan dampak banjir adalah penyediaan perumahan untuk penduduk yang tinggal secara liar di areal waduk yang berfungsi sebagai penampung air di musim hujan. Selama bulan Januari-Februari tahun ini banjir besar melanda pemukiman liar di berbagai tempat di Jakarta, termasuk di areal waduk Pluit di Jakarta Utara.

Waduk Pluit adalah semacam danau buatan yang berfungsi untuk menampung air di kala banjir. Pada awalnya waduk Pluit mencakup areal tanah seluas 80 hektar dengan kedalaman antara 7-8 meter. Sebagai akibat dari tidak berfungsinya kontrol pemerintah kota untuk memelihara waduk sebagai penampung air penduduk mulai menjadikan tanah waduk itu sebagai tempat pemukiman sehingga dam berubah menjadi perkampungan dimana penduduk tinggal. Sekitar seperempat luas areal waduk akhirnya menjadi tempat pemukiman liar dan waduk mengalami pendakalan hingga kedalamannya hanya menjadi 1-3 meter saja.

Pada Januari 2013 diperkirakan 9200 keluarga tinggal di tanah negara yang merupakan areal dari waduk Pluit. Tidak terkendalikannya volume air akibat hujan yang terus menerus dalam bulan Januari-Februari mengakibatkan banjir besar di sekitar waduk Pluit. Pemukiman liar yang dibangun di areal yang lembek karena merupakan timbunan sampah kawasan itu praktis terendam air saat banjir. Banyak rumah-rumah penduduk di waduk Pluit yang terendam air dan penghuninya harus diungsikan. Apa yang terjadi di Pluit menjadi semacam skandal besar karena kebetulan rumah wakil gubernur, Basuki Tjahaja Purnama, terletak tidak jauh dari situ. Kawasan sekitar waduk Pluit, dimana sebagian merupakan perumahan elit, terlanda banjir secara dahsyat. Tidak mengherankan kalau kemudian wakil gubernur segera turun tangan untuk mengatasi penyebab banjir yaitu pemukiman penduduk secara liar di areal waduk Pluit.

Sangat jelas, seperti kata wakil gubernur, bahwa letak persoalan adalah pada penyediaan perumahan yang layak bagi para pemukim liar yang menenpati areal pertanahan di waduk Pluit. Tanpa menunggu terlalu lama pemerintah kota segera melakukan investigasi terhadap kebijakan dan program pembangunan rumah yang ada bagi pemukim liar di waduk Pluit. Wakil gubernur Basuki menginspeksi kondisi yang ada dan dengan cepat membuka sumbat yang mengakibatkan penyediaan rumah murah bagi penduduk mengalami stagnasi. Setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan adanya salah urus dalam pengelolaan penyediaan rumah untuk merelokasi para pemukim liar dari waduk Pluit. Salah urus ini memang berakibat pada rendahnya kualitas perumahan yang membuat para pemukim liar enggan untuk pindah ke apartemen yang dipersiapkan bagi mereka. Setelah dilakukan pemecatan oleh gubernur terhadap kepala proyek pembangunan apartemen karena terbukti melakukan pelanggaran proses relokasi berjalan dengan cepat.

Untuk menarik minat para pemukim liar agar mau pindah ke apartemen pemerintah kota memutuskan untuk membebaskan mereka dari membayar uang sewa selama tiga bulan, memberikan air dan listrik gratis, disamping memberikan lemari es, kompor gas, TV dan meja-kursi secara gratis. Kepada para pemukim liar wakil gubernur menjamin bahwa kehidupan mereka di apartemen akan lebih baik dari tempat tinggal mereka sekarang. Pemerintah kota juga memberikan bantuan saat perpindahan dan membangun fasilitas umum yang baru, seperti pusat kesehatan, tempat ibadah dan sekolah. Langkah yang cepat dari pemerintah dalam menyediakan perumahan yang layak bagi pemukim liar di waduk Pluit sebagaimana dilaporkan oleh media-masa pada pertengahan Mei tercatat telah berhasil merelokasi sekitar 1200 keluarga. Namun demikian, upaya pemerintah ini harus ditingkatkan karena tercatat masih sekitar 8000 keluarga lagi yang masih menunggu untuk direlokasi dari waduk Pluit.