Widya Anggraini, Jakarta Community Manager
Apa yang terjadi ketika seseorang memutuskan naik sepeda di Jakarta? Rata-rata mereka pasti akan mengeluh soal betapa parah polusi dan kemacetan di jalan, belum ditambah sepeda motor atau bis kota yang tidak mau mengalah dan memotong jalan dan mobil yang kian hari jumlahnya terus bertambah. Ditengah kekacauan kota Jakarta, ada angin segar dari pemerintah yang mulai menunjukkan keberpihakan terhadap para pemakai sepeda di Jakarta dengan membuat jalur sepeda pertama kalinya tahun 2011. Meski demikian masih banyak tantangan bagi Jakarta untuk menjadi kota yang ramah bagi pemakai sepeda.
Berdasarkan data dari Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya di bulan April 2012 terdapat 13.346.802 kendaraan yang membebani Jakarta. Perinciannya adalah motor 9.861.451 unit, mobil 2.541.351 unit, mobil beban 581.290 unit, dan bus 363.710 unit. Selama ini kebijakan pemerintah untuk mengurangi kemacetan Jakarta adalah melalui penambahan jalan, tol, fly over, underpass, dan kebijakan 3-in-1 yang hanya mampu memberi efek jangka pendek sebab tidak diikuti oleh pengurangan jumlah kendaraan bermotor. Sementara itu, rata-rata pertumbuhan kendaraan bermotor mencapai 11% pertahun yang jika tidak segera diatasi akan menyebabkan Jakarta menjadi lebih macet dan kacau.
Pada tahun-tahun terakhir ini, Jakarta sudah mulai familiar dengan para pengguna sepeda. Meski jumlah mereka tidak banyak, namun hadirnya ide untuk memakai sepeda di wilayah ibukota sudah mulai terasa geliatnya. Para penggiat sepeda seperti Komite Sepeda Indonesia bahkan menyumbangkan 500 juta rupiah kepada pemerintah untuk membuat jalur sepeda. Begitu pula dengan gerakan Bike to Work Indonesia yang mulai gencar melakukan kampanye agar masyarakat beralih moda transportasi dengan sepeda menuju tempat kerja. Kampanye ini mereka lakukan mulai tahun 2004. Hingga kini sudah banyak bermunculan kelompok sepeda di Jakarta dan sekitarnya yang kerap juga melakukan acara fun bike dan touring terutama di hari minggu dan hari-hari libur lainnya untuk alasan kesehatan maupun hobi.
Kemunculan penggiat sepeda ini mulai direspon oleh pemerintah Jakarta. Misalnya pada tahun 2011 telah diresmikan untuk pertama kalinya jalur sepeda di Jakarta dengan rute Taman Ayodya menuju Blok M sepanjang 1,5 km. Kemudian di akhir tahun 2012, Gubernur DKI Jakarta meresmikan jalur sepeda terpanjang di Jakarta yaitu 6,7 km di Kanal Banjir Timur. Kanan kiri jalur sepeda juga dibuatkan ruang hijau taman yang bisa dinikmati masyarakat umum.
Meski Jakarta sudah memiliki jalur sepeda, tantangan lain yang dihadapi para pemakai sepeda adalah lemahnya penegakan hukum bagi pengguna motor yang sering menyerobot jalur sepeda seperti yang banyak terlihat di jalur sepeda Banjir Kanal Timur, Jakarta Timur. Sepeda motor selalu mengambil hak pengguna sepeda padahal Dinas Perhubungan sudah melakukan sosialisasi dan sebenarnya hak pengguna sepeda juga sudah dilindungi dalam UU No 22 Tahun 2009 tentang Jalan dan Lalu Lintas. Para penggiat sepeda akhirnya melakukan kampanye ‘Rebut Jalur Sepeda’ dengan mengumpulkan ratusan pengguna sepeda dan memenuhi jalur sepeda sehingga pengendara motor lain segan. Gerakan seperti ini biasa dilakukan sebagai bagian dari advokasi untuk mengingatkan penggunan kendaraan lain untuk menghormati hak orang lain.
Foto: John watson
Widya Anggraini, Jakarta Community Manager
What happens when a resident decides to ride a bike in Jakarta? On average, they would complain about pollution and congestion, motorcycles and city buses cutting lanes and refusing to share the road, and the endlessly increasing number of vehicles. Amid the chaos of the city, the government has recently begun to show partiality towards bicyclists in Jakarta, building bike lanes for the first time in 2011. Nevertheless, there are still many challenges for Jakarta to overcome in order to become a bike-friendly city.
Based on data from the Directorate of Traffic City Police, there were 13,346,802 vehicles in Jakarta in the month of April 2012. This number includes 9,861,451 motorcycles, 2,541,351 cars, 581,290 trucks, and 363,710 buses. The government’s efforts to reduce congestion in Jakarta through the addition of roads, tolls, flyovers, underpasses, and the 3-in-1 policy (where during peak hours, there must be a minimum of three people in one car on certain main roads) are only short-term solutions as their implementation was not followed by a reduction in the number of motor vehicles. In the meantime, the average growth in the number of motor vehicles has reached 11 percent a year, which if not immediately addressed will cause Jakarta to become even more jammed and chaotic.
In recent years, Jakarta has started to become more familiar with bicyclists. Although they are still few in number, the idea of riding a bicycle is beginning to take shape in the capital city. Bicycle activists like the Bicycle Committee of Indonesia have even donated 500 million dollars to the government to build more bike lanes. Similarly, the booming Bike to Work Indonesia movement is campaigning for citizens to switch modes of transportation and cycle to work. This campaign started in 2004. Today, many bicycling groups are emerging in Jakarta, hosting fun biking events and tours mostly during the weekends and holidays, for both hobbyists and health-conscious residents.
The government has also started to respond to the emergence of biking enthusiasts. For example, 2011 saw the first ever official bike lane in Jakarta, the 1.5km Ayodya Park to Blok M route. Then in late 2012, the governor of Jakarta unveiled a 6.7km bike path in the East Flood Canal, the longest bike path in the city. All over the city, bike lanes have been created in parks which can be enjoyed by the general public.
Although Jakarta already has bike lanes, another challenge faced by bicyclists is the lack of enforcement for motorcyclists who cut into lanes designated specifically for bicycles, like in the East Flood Canal area of East Jakarta. Motorcyclists erode on cyclists’ rights, even though the Department of Transportation has protected these rights under Law No. 22 on the Road and Traffic since 2009. Biking activists have therefore launched a “Seize the Bike Lanes” campaign, which puts together hundreds of bicyclists to fill up the lanes so that motorcyclists are reluctant to use them. Movements like this are usually conducted as part of advocacy efforts to remind motorists to respect the rights of others on the road.
Photo: John watson