Bencana banjir yang melanda Jakarta beberapa waktu lalu disebabkan tingginya curah air hujan dan kurangnya daerah serapan air, menyebabkan volume run-off water sangat tinggi dan tidak tertampung oleh sungai atau kanal sehingga air menggenangi jalanan dan permukiman penduduk. Ketika banjir datang, air bersih menjadi sulit untuk didapatkan padahal kebutuhan air bersih di saat banjir justru meningkat. Pada keadaan normal setiap orang membutuhkan air bersih 10 liter per harinya, namun dalam kondisi bencana kebutuhan air bersih masyarakat Jakarta mencapai 60 liter per orang per hari. Keadaan ini diperparah dengan harga air bersih di Jakarta yang memang tinggi dan diklaim sebagai salah satu harga air yang termahal di dunia.
Submitted by Editor — Mon, 03/18/2013 – 01:00
Daerah kumuh atau permukiman miskin merupakan fenomena umum di kota besar dunia terutama di Negara-negara miskin dan sedang berkembang. Akibat tingginya urbanisasi dan terbatasnya lapangan perkerjaan menyebabkan tingginya tingkat kemiskinan di kota. Mereka yang tidak mampu mencari tempat tinggal layak hidup sebagai tunawisma yang berpindah-pindah dan menempati bantaran sungai, pinggiran rel kereta api, bawah jembatan tol, tanah-tanah kosong baik disekitar pabrik maupun di pusat kota dan membangun gubuk liar yang kerap menggangu ketertiban umum dan pemandangan. Minimnya pengawasan dari pemerintah di masa lalu menyebabkan kian merebaknya jumlah pemukiman liar dan membentuk perkampungan kumuh. Berdasar hasil Survey RW Kumuh 2011 oleh BPS DKI Jakarta terdapat 392 RW yang dinyatakan kumuh di wilayah DKI Jakarta. Baca lebih lanjut atau bergabung dalam diskusi.
Submitted by widya anggraini — Mon, 03/11/2013 – 13:00
Permasalahan kemiskinan merupakan salah satu pekerjaan rumah DKI Jakarta yang perlu segera diselesaikan. Setidaknya, sebanyak 360 ribu warga miskin di Jakarta menunggu perhatian pemerintah agar bisa “dipindahkan” ke dalam kelompok ekonomi yang lebih mapan. Apalagi bila angka ini juga dikaitkan dengan jumlah penduduk yang berada di kelompok ekonomi rentan (vulnerable). Meski secara grafik penduduk di kelompok ini berada di luar garis kemiskinan (red: sekitar garis kemiskinan); namun kenyataannya jumlah mereka jauh lebih banyak, dengan kondisi yang juga memprihatinkan. Baca lebih lanjut.
Submitted by Rendy A. Diningrat — Mon, 03/11/2013 – 11:04
Jakarta sebagai kota megapolitan dianggap belum ramah terhadap perempuan. Tingginya angka kekerasan terhadap perempuan yang cenderung meningkat tiap tahunnya merupakan salah satu indikasinya. Data Komnas Perempuan menyebutkan bahwa di tahun 2011 terdapat 11.289 kasus Kekerasan Terhadap Perempuan di wilayah DKI Jakarta. Dari data tersebut, bentuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) mendominasi jenis kekerasan yang terjadi terhadap perempuan. Terdapat sekitar 10.307 kasus KDRT sepanjang tahun 2011 dimana mayoritas korban adalah istri. Hal ini menunjukkan betapa perempuan merupakan kelompok paling rentan terhadap kekerasan, terutama di rumah tangga. Baca lebih lanjut atau bergabung dalam diskusi.
Submitted by widya anggraini — Mon, 03/04/2013 – 00:00
Jakarta merupakan area perkotaaan terpadat di Indonesia dengan pertumbuhan penduduk yang cepat dan juga signifikan. Kota ini menjadi tempat temu jutaan manusia yang berasal dari penjuru tanah air untuk melakukan perpindahan. Mereka berbondong-bondong menjalani mobilitas spasial ke Jakarta semata-mata untuk memperoleh kemudahan. Di kota ini, hampir semua jenis kebutuhan bisa didapatkan, mulai dari pekerjaan, pendidikan, bisnis, layanan kesehatan, hiburan, dan lain sebagainya. Jakarta menjadi pusat segala aktivitas kehidupan disamping peran utamanya sebagai pusat pemerintahan Republik Indonesia. Baca lebih lanjut.
Submitted by Rendy A. Diningrat — Mon, 02/25/2013 – 12:54
Cilincing, Jakarta Utara adalah satu dari 392 perkampungan kumuh di Jakarta berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2011. Angka putus sekolah di Cilincing tergolong tinggi. Ada beberapa sebab, turut bekerja membantu keuangan keluarga menjadi alasan utama. Alasan lain, masih banyak iuran dari pihak sekolah yang harus dibayar, misalnya untuk buku, seragam dan kebutuhan penunjang belajar. Bagi mereka yang bersekolah jauh dari tempat tinggal, biaya transportasi menjadi kendala tersendiri.
Submitted by Yuyun Harmono — Mon, 02/25/2013 – 00:00
Since the 1970s, the successive governors of Jakarta have had mostly limited policies to improve the conditions of the poor. The number of urban poor people increased steadily, in parallel with the growing population, yet without any improvement in their ability to participate politically. They continued to face eviction and persecution by authorities. Every five years, they were used as voters by the Golkar ruling party to back up the Soeharto authoritarian government to win elections. With the weakness of civil society, the poor received little help and remained economically and politically marginalized. Only in the last year have the lives of the poor seemed to change. The triumph of Joko Widodo (Jokowi) immediately triggered a glimmer of hope for the poor. Read more or join the discussion.
Submitted by Editor — Mon, 02/18/2013 – 11:39
Seperti yang kita tahu, olahraga tidak hanya melatih kemampuan fisik, namun juga membentuk kepribadian yang baik. Dengan semangat sportivititas dan kerjasama tim, olahraga menjadi sarana aktualisasi diri yang sangat tepat bagi jiwa muda. Karena rasa ingin tahu dan energi yang kadng berlebih, tidak jarang anak muda terjerumus kedalam kegiatan-kegiatan yang negatif seperti narkoba, pergaulan bebas dan tawuran. Daripada terjerumus ke dalam hal-hal negatif seperti itu, sebaiknya anak-anak muda ini sejak dini diarahkan untuk mengikuti kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, contohnya kegiatan olahraga. Baca lebih lanjut atau bergabung dalam diskusi.
Submitted by Editor — Mon, 02/11/2013 – 00:00
Event: 2nd International Conference on Knowledge, Culture and Society
13–14 July 2013
Jakarta, Indonesia
ICKCS 2013 aims to bring together researchers, scientists, engineers, and scholar students to exchange and share their experiences, new ideas, and research results about all aspects of Knowledge, Culture and Society, and discuss the practical challenges encountered and the solutions adopted. Learn more.
Perkampungan kumuh bukan tempat yang ideal untuk berkembang, utamanya bagi generasi termuda kita. Kemiskinan dan kurangnya akses terhadap fasilitas tumbuh kembang anak menghasilkan angka anak jalanan yang terus bertambah. Data terakhir menunjukkan sedikitnya delapan ribu anak berkeliaran di pemukiman informal Jakarta dan sekitarnya. Sekolah Master di Depok memastikan bahwa masih ada harapan bagi anak-anak ini. Baca lebih lanjut di sini.
Submitted by Julisa Tambunan — Tue, 11/06/2012 – 00:00