URBim | for just and inclusive cities

Rendy A. Diningrat

Permasalahan kemiskinan merupakan salah satu pekerjaan rumah DKI Jakarta yang perlu segera diselesaikan. Setidaknya, sebanyak 360 ribu warga miskin di Jakarta menunggu perhatian pemerintah agar bisa “dipindahkan” ke dalam kelompok ekonomi yang lebih mapan. Apalagi bila angka ini juga dikaitkan dengan jumlah penduduk yang berada di kelompok ekonomi rentan (vulnerable). Meski secara grafik penduduk di kelompok ini berada di luar garis kemiskinan (red: sekitar garis kemiskinan); namun kenyataannya jumlah mereka jauh lebih banyak, dengan kondisi yang juga memprihatinkan.

Ya, kemiskinan memang jerat setan yang sulit diputuskan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan warga miskin untuk memenuhi kebutuhan dasar, termasuk menjangkau layanan pendidikan dan juga kesehatan. Pendidikan dan kesehatan merupakan investasi jangka panjang untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Bayangkan saja, melalui tingginya latar belakang pendidikan, seseorang akan lebih mudah untuk memperoleh pekerjaan yang lebih mapan. Ditambah lagi dengan kondisi kesehatan yang selalu prima. Dengan begitu, mereka akan mampu meningkatkan produktivitasnya dan jauh dari gejala-gejala pesakitan.

Kembali pada kompleksitas kemiskinan, bila pendidikan dan kesehatan saja sulit untuk didapatkan, maka kemungkinan warga miskin untuk meningkatkan kualitas hidupnya pun akan sulit direalisasikan. Apalagi bila kondisi ini selalu dibenturkan dengan kebutuhan yang lebih mendasar seperti memperoleh makanan. Maka tak heran bila beberapa waktu lalu, Harian Kompas menyebutkan bahwa jika warga miskin sudah terlalu frustasi, pilihannya pun hanya tiga: berhutang, mengurangi biaya makan, atau nekat bunuh diri.

Jakarta Pintar, Jakarta Sehat

Memasuki bulan kelima kepemimpinan Jokowi di Jakarta, berbagai gebrakan untuk mengatasi persoalan kemiskinan pun sedikit banyak telah dilancarkan. Harapan agar warga miskin di Jakarta bisa dengan mudah mengakses pendidikan dan layanan kesehatan, dilancarkannya melalui program Jakarta Pintar dan Jakarta Sehat.

Program Jakarta Pintar merupakan program yang memfokuskan pada terbantunya warga kurang mampu atau warga miskin untuk memperoleh pendidikan mulai dari SD, SMP, dan SMA. Program ini dilakukan dengan cara menggulirkan Kartu Jakarta Pintar (KJP) kepada para pelajar baik yang bersekolah di sekolah negeri maupun swasta. Adapun target KJP yang tersebar di tahun ini ialah sebanyak 332 ribu KJP dengan alokasi anggaran sebesar Rp 804 miliar. Melalui program ini nantinya para siswa penerima KJP mendapat bantuan dana pendidikan sebesar Rp180-240 ribu tiap bulannya.

Sementara program Jakarta Sehat ialah program unggulan DKI Jakarta yang memfokuskan pada kebutuhan warga kurang mampu atau warga miskin agar dapat mengakses layanan kesehatan secara gratis. Program ini menargetkan 4,2 juta warga di seluh DKI Jakarta sebagai penerima Kartu Jakarta Sehat (KJS). Adapun anggaran yang telah disediakan pada tahun ini ialah sebesar Rp 900 miliar. Program Jakarta Sehat ini sekaligus untuk merubah kebiasaan warga miskin yang umumnya hanya diam di rumah karena biaya berobat yang mahal.