Rendy A. Diningrat
Sejak terpilihnya Jokowi sebagai gubernur, Jakarta terus mengalami pembenahan. Jika dalam masalah pendidikan dan kesehatan, pemerintah provinsi melancarkan gebrakannya melalui kartu Jakarta Sehat dan Jakarta Cerdas – kini kota yang menjadi pusat pemerintahan nasional tersebut juga memperbaiki kotanya melalui tata kelola pemerintahan. Reformasi birokrasi, begitu kiranya istilah yang dapat digunakan untuk mencapai Good Governance.
Good Governance merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan suatau tata kelola pemerintahan yang baik. Menurut Prof. Dr. Sofian Effendi, Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada, tatanan pemerintahan yang baik dapat berkembang subur bila ada kepercayaan (trust), transparansi, partisipasi, serta tata aturan yang jelas dan pasti. Good governance akan berkembang sehat dibawah kepemimpinan yang berwibawa dan memiliki visi yang jelas. Pilar-pilar inilah yang kemudian dibenahi Jokowi untuk menata Ibu Kota Jakarta.
Menggebrak Tata Kelola Pemerintahan
Pembenahan tata kelola Jakarta dilakukan Pemprov DKI dengan mengajak masyarakat di dalam prosesnya. Sebagaimana wawancara Jokowi dalam Berita Satu yang menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi DKI akan melakukan transparansi program-program pembangunan Jakarta selama 5 tahun ke depan. Transparansi tersebut rencananya diwujudkan melalui publikasi anggaran di spot-spot publik di 6 wilayah DKI Jakarta. Selain membentuk keterbukaan publik, hal ini sekaligus untuk mereduksi tindak kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum pemerintahan.
Selain transparansi rencana pembangunan, upaya mememperbaiki tata kelola pemerintah, juga dilakukan Pemerintah Provinsi dengan membangun sebuah keomitmen bersama dengan masing-masing kepala daerah (red: walikota) di enam wilayah DKI Jakarta. Diantara komitmen tersebut, salah satunya dieujudkan melalui kesepakatan pemberhentian walikota bila tiap daerah yang dipimpinnya dinilai tidak mengalami kemajuan.
Ya, membenahi Jakarta memang tak cukup dengan kehebatan teknisnya saja. Profesionalisme dan komitmen kepala daerah menjadi hal yang sangat penting untuk “benar-benar” mewujudkan Jakarta yang lebih tertata. Apalagi saat ini Jakarta semakin dilihat dunia. Apakah dilihat dari segi masalah atau potensinya, pilihannya hanyalah di tangan kita. Pertanyaannya, mampukah semua aktor yang kini memadati ruang kota Jakarta bekerja secara sinergis untuk membenahi Ibu Kota Jakarta?