URBim | for just and inclusive cities

Setelah banjir yang melanda pada pertengahan Januari hingga awal Februari mulai surut, maka mulai terlihat banyaknya kerusakan jalan di ibukota Jakarta. Jalanan rusak dan berlubang jelas sangat mengganggu aktivitas para pengendara, karena selain dapat membahayakan juga seringkali menyebabkan kemacetan. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, ada 9.833 titik jalan rusak atau seluas 166.397 meter persegi. Melihat keadaan ini, Dinas PU DKI Jakarta terus bekerja secepat mungkin untuk memperbaiki kerusakan tersebut, Hingga hari Kamis, 6 Maret 2014 data dari Dinas PU menunjukkan sudah 70 persen jalan rusak yang diperbaiki, yaitu sebanyak 9.663 titik dengan luas 161.420 meter persegi. Sedangkan yang belum diperbaiki tinggal 170 titik dengan luas 4.977 meter persegi. Baca lebih lanjut.

Submitted by Nanda Ratna — Fri, 03/14/2014 – 16:13

Seiring datangnya tahun yang baru, tahun 2014 ini, musim hujan pun datang di jakarta dan sekitarnya. Hal tersebut dinyatakan dengan status Jakarta siaga banjir, terhitung sejak tanggal 13 Januari hingga 12 Februari 2014. Turunnya hujan dengan intensitas yang tinggi dan selama berhari-hari didaerah Jabodetabek menyebabkan beberapa daerah di ibukota dan sekitarnya pun tergenang air banjir dengan ketinggian air yang beragam. Sungai-sungai yang meluap juga menenggelamkan pemukiman warga di sekitarnya. Baca lebih lanjut.

Submitted by Nanda Ratna — Mon, 01/27/2014 – 13:05

Di bulan November ini warga dan pemerintah DKI Jakarta bersiap-siap menghadapi datangnya musim penghujan. Tentu kita masih ingat ketika banjir besar melanda ibukota di awal tahun 2013 ini, saat itu sebagian besar wilayah Jabodetabek terendam air karena intensitas hujan yang tinggi. Bahkan pusat kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan dan bisnis distrik juga terendam karena peristiwa tanggul jebol di Jalan Latuharhari. Pemprov DKI Jakarta menargetkan pengerjaan persiapan antisipasi banjir selesai pada akhir Desember tahun ini. Pengerjaan tersebut terbagi ke dalam beberapa proyek seperti pengerukan 12 waduk, perbaikan pompa di rumah-rumah pompa, refungsi sungai, normalisasi kali, dan sumur resapan. Baca lebih lanjut.

Submitted by Nanda Ratna — Tue, 11/26/2013 – 15:15

Di Bulan Oktober ini, Pemerintah DKI Jakarta memulai pembangunan dua sistem transportasi massal berbasis rel, yaitu MRT dan Monorail. Gubernur Jakarta Joko Widodo meresmikan pembangunan awal stasiun kereta transportasi massal cepat (MRT) di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat, pada hari Kamis 10 Oktober 2013. Jalur MRT ini merupakan tahap pertama yang akan menghubungkan kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Blok M hingga Lebak Bulus. Rencananya pemerintah Jakarta akan membangun proyek MRT lanjutan yang menghubungkan berbagai wilayah di Jakarta. Baca lebih lanjut.

Submitted by Nanda Ratna — Thu, 10/24/2013 – 15:10

Kebijakan pemerintah pusat mengenai low cost green car (LCGC) atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai “mobil murah” menimbulkan pro dan kontra. Pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Perindustrian, menyatakan bahwa dengan adanya LCGC ini akan menumbuhkan industri otomotif dalam negri karena dibuat di Indonesia dan memakai komponen buatan Indonesia. Aturan mengenai LCGC ini tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) Nomor 33/M-IND/PER/7/2013 tentang Pengembangan Produksi Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Hemat Energi dan Harga Terjangkau. Permenperin itu merupakan turunan dari program mobil emisi karbon rendah atau low emission carbon yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2013 tentang kendaraan yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Peraturan itu antara lain menyebutkan tentang keringanan pajak bagi penjualan mobil hemat energi. Hal ini memungkinkan produsen menjual mobil di bawah Rp 100 juta. Dengan peraturan itu, mobil dengan kapasitas mesin di bawah 1.200 cc dan konsumsi bahan bakar paling setidaknya 20 km per liter dapat dipasarkan tanpa PPnBM. Baca lebih lanjut.

Submitted by Nanda Ratna — Mon, 09/30/2013 – 10:26

Tentu kita masih ingat mengenai proses normalisasi waduk pluit yang dilakukan beberapa bulan lalu dan sempat menuai banyak protes dari warga setempat. Namun proses normalisasi waduk tersebut tetap terus dilakukan oleh Pemerintah daerah DKI Jakarta dengan tujuan mengembalikan fungsi waduk seperti semula yaitu tempat penampungan air. Bantaran waduk yang dulu menjadi tempat pembuangan sampah dan pemukiman kumuh, kini menunjukkan penampilan yang berbeda. Baca lebih lanjut.

Submitted by Nanda Ratna — Tue, 09/03/2013 – 14:37

Selama sebulan terakhir, dimulai pada 2 Juni sampai 3 Juli 2013 yang lalu, Kota Jakarta sedang mengadakan rangkaian perayaan hari ulang tahun yang ke-486. Dengan mengusung tema “Jakarta Baru, Jakarta Kita”, perayaan ulang tahun Kota Jakarta tahun ini terasa berbeda. Dalam merayakan HUT Jakarta tahun 2013 ini, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo lebih banyak menggelar acara yang konsepnya terbuka dan melibatkan masyarakat. Pria yang akrab disapa Jokowi ini mengharapkan, dengan acara-acara yang jenis itu, akan semakin timbul rasa cinta warga terhadap Kota Jakarta. Dari rasa kecintaan ini akan timbul kesadaran untuk menjaga, merawat dan memajukan kota. Jokowi mengungkapkan mulai 2013 dan selama ia menjabat sebagai gubernur, tidak akan ada lagi kesan maupun kondisi eklusif dalam perayaan HUT Kota Jakarta. Semua lapisan warga harus merasa gembira merayakannya. Baca lebih lanjut.

Submitted by Nanda Ratna — Wed, 07/24/2013 – 14:17

Sebagai ibukota negara dengan penduduk sekitar 10 juta jiwa, Jakarta menjadi kota dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi. Kemacetan menjadi pemandangan sehari-hari bagi warga Jakarta. Meskipun begitu, transportasi publik tetap menjadi pilihan warga Jakarta untuk beraktifitas sehari-hari. Baca lebih lanjut.

Submitted by Nanda Ratna — Fri, 06/21/2013 – 11:05

Pada awalnya Waduk Pluit memiliki luas 80 hektare. Sekarang luas waduk tersebut menyusut menjadi 60 hektare. Penyebabnya, 20 hektare luas waduk telah disesaki bangunan ilegal. Luas genangan waduk diperkirakan berkurang dari 80 hektar menjadi sekitar 60 hektar akibat maraknya hunian liar. Waduk juga dipenuhi sampah dan limbah buangan rumah tangga. Dampak berikutnya, terjadilah pendangkalan akibat sedimentasi. Dari kedalaman awal sekitar 20 meter, kedalaman rata-rata waduk seluas 80 hektar itu hanya berkisar 1-5 meter. Baca lebih lanjut.

Submitted by Nanda Ratna — Mon, 06/03/2013 – 13:46