URBim | for just and inclusive cities

Seiring datangnya tahun yang baru, tahun 2014 ini, musim hujan pun datang di jakarta dan sekitarnya. Hal tersebut dinyatakan dengan status Jakarta siaga banjir, terhitung sejak tanggal 13 Januari hingga 12 Februari 2014. Turunnya hujan dengan intensitas yang tinggi dan selama berhari-hari didaerah Jabodetabek menyebabkan beberapa daerah di ibukota dan sekitarnya pun tergenang air banjir dengan ketinggian air yang beragam. Sungai-sungai yang meluap juga menenggelamkan pemukiman warga di sekitarnya.

Meskipun dikatakan belum mencapai puncaknya, namun banjir yang datang sudah cukup melumpuhkan kegiatan warga. Banjir mulai menggenangi ibukota dan sekitarnya sejak seminggu terakhir, mulai dari hari Minggu 12 Januari hingga Minggu 19 Januari 2014. Beberapa daerah yang cukup parah tergenang banjir adalah Jalan TB Simatupang dan Bukit Duri Jakarta Selatan, Kampung Pulo, Jatinegara Jakarta Timur dan Kelapa Gading, Sunter juga Muara Baru Jakarta Utara.

Kepala Pusat Metereologi Publik BMKG Mulyana R Prabowo menyatakan bahwa intensitas hujan tertinggi diperkirakan kan terjadi pada minggu terakhir Januari hingga awal Februari. Warga ibukota dan sekitarnya diharapkan mempersiapkan diri karena itu banjir akan tetap mengintai ibukota hingga berakhirnya musim hujan. BMKG juga memberikan peringatan kepada warga khususnya yang tinggal di kawasan Jakarta Utara. Wilayah Jakarta Utara kerap menjadi wilayah langganan banjir. Bukan hanya karena intensitas curah hujan yang tinggi, tetapi juga akibat naiknya pasang air laut. Pada 13-16 Januari 2014 lalu terjadi pasang air laut dan diperkirakan akan kembali terjadi pada 20-21 Januari dan 27-28 Januari 2014 mendatang.

Menanggapi datangnya banjir ini, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar pemerintah daerah dan Badan Penanggulan Bencana Daerah melakukan respons cepat dan tepat menghadapi banjir kali ini. Kepala BNPB Syamsul Ma’arif mengatakan, akibat hujan yang terjadi sepekan terakhir di Jakarta, setidaknya tercatat 10.530 warga DKI mengungsi. Para pengungsi tersebut tersebar di 97 titik pengungsian yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo juga mengerahkan parah lurah dan camat di daerah yang terkena banjir untuk bergerak cepat menolong para korban. Warga yang rumahnya terendam pun mengungsi ke tenda-tenda pengungsian ataupun daerah yang lebih tinggi. Bantuan untuk para korban berdatangan dari pemerintah pusat, daerah, Badan Penanggulangan Bencana dan pihak-pihak lainnya.

Gubernur Jokowi berencana untuk membuat sodetan di tiga wilayah bantaran Sungai Ciliwung. Ketiga wilayah tersebut adalah Kampung Pulo di Jakarta Timur, Kalibata di Jakarta Selatan, dan Pasar Rebo di Jakarta Timur. Pembuatan sodetan itu berfungsi sebagai jalur tembusan aliran air yang baru sehingga dapat mengalihkan sebagian beban air ke arah lain. Pemukiman yang berada di bantaran Ciliwung dikelilingi aliran air sungai dengan membentuk busur derajat. Nantinya, aliran tersebut diuruk atau ditimbun, kemudian sodetan tidak dibuat melengkung. Pemukiman tidak lagi dikepung air ketika Sungai Ciliwung meluap.

Namun solusi tersebut merupakan penyelesaian jangka panjang dan membutuhkan waktu lama dengan pihak yang akan bertanggung jawab terkait sodetan Ciliwung adalah Kementerian Pekerjaan Umum. Sementara Pemprov DKI yang akan membebaskan lahan dan menyediakan rusun bagi 34.000 KK warga bantaran Sungai Ciliwung.

Foto: Arifuddin Ali